Jakarta – Acara Local Promotor Sportpreneur Summit 2025 menjadi sebuah forum nasional yang mempertemukan para promotor olahraga lokal di penjuru Indonesia. Acara yang digelar pada Jumat (19/9) ini diharapkan mampu meningkatkan awareness serta mendorong ekosistem olahraga Indonesia.
Acara dimulai dengan sambutan resmi yang menyebutkan beberapa tokoh penting yang hadir serta tujuan utama pertemuan, yaitu membahas perkembangan industri olahraga di Indonesia. Susunan acara meliputi sambutan, panel diskusi, serta workshop terkait materi pencegahan anti-doping atau MSI.
Setelah doa bersama, hadirin menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai bentuk penghormatan dan pembukaan resmi acara.
Pembicara pertama, Rangga Sastvana, selaku komisaris MSL, memperkenalkan diri dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada para tokoh yang hadir, termasuk CEO MSL, Mas Lutfi. Rangga menyoroti tren olahraga di Indonesia yang sedang meningkat, baik sebagai gaya hidup maupun dalam bentuk kompetisi. Ia menekankan pentingnya memajukan berbagai cabang olahraga, tidak hanya sepak bola, serta menciptakan peluang bagi bakat-bakat baru untuk bersaing di tingkat global. Menurutnya, kolaborasi dan pemanfaatan kompetisi akan membuka jalan bagi pertumbuhan industri olahraga yang lebih luas.
Selanjutnya, Ferry Kono, Direktur Lembaga Pengelolaan dan Usaha Keolahragaan (LPDUK), menyampaikan sambutan. Ia menekankan pentingnya peran digitalisasi dalam menghubungkan bisnis dan kebijakan, sekaligus mendorong perkembangan ekosistem olahraga. Ferry mencontohkan kolaborasi brand internasional seperti ASICS yang menciptakan pengalaman baru, misalnya menyediakan sepatu untuk dipinjam saat lari pagi, sehingga membangun gaya hidup sehat sekaligus ekosistem olahraga.
“Asics ini keren banget, jadi collab antara brand dan bukan cuma jualan sepatu aja, tapi dia membangun ekosistemnya. Jadi orang bisa lari pagi, tidak perlu bawa sepatu, tinggal mampir tempatnya, pinjem sepatu, lari, pulang, mandi, dan tinggal masuk kantor,” Tutur Ferry.
Ia berharap ada merek lokal yang juga bisa meniru inovasi semacam itu.
Ferry menjelaskan bahwa LPDUK kini telah direbranding menjadi Inaspro (Indonesia Sport Promotion), sesuai arahan Menteri Pemuda dan Olahraga. Inaspro hadir untuk mengisi kekosongan peran pemerintah dalam mendorong industri olahraga, bukan hanya olahraga prestasi atau masyarakat. Fokusnya adalah membangun ekosistem dan mendorong peluang bisnis turunan dari berbagai event olahraga. Salah satu contoh nyata adalah penyelenggaraan 3×3 FIBA, yang berhasil menarik 4.000 penonton dalam tiga hari.
“Kami beberapa bulan yang lalu membuat event basket FIBA 3X3.Untuk di Indonesia, 3×3 FIBA yang menonton 4.000 orang dalam 3 hari itu keren,” jelas Ferry.
Menurut Ferry, acara olahraga seharusnya bisa digerakkan komunitas, misalnya melalui turnamen di mal atau taman, tanpa selalu mengandalkan pemerintah. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dengan promotor daerah serta brand-brand yang ingin masuk ke pasar lokal. Harapannya, tiga hari kegiatan ini dapat memberikan ide-ide segar, terutama mengenai apa yang bisa dikembangkan di daerah agar menarik minat sponsor dan menjadi daya tarik baru dalam industri olahraga.
Ferry juga menyinggung tren olahraga baru seperti padel yang sedang populer di Jakarta, menekankan bahwa komunitas swasta sebaiknya mengambil peran besar dalam pengembangannya. Pemerintah cukup menjadi fasilitator, bukan pemain utama. Ia menutup dengan optimisme bahwa di bawah kepemimpinan baru Menteri BUMN, Erick Thohir, ekosistem bisnis olahraga di Indonesia akan semakin matang dan profesional, sehingga olahraga bukan hanya soal prestasi tetapi juga bisa berkembang menjadi bisnis yang berdaya saing.