Jakarta – Kabar duka datang dari komunitas bulutangkis Indonesia. Salah satu legenda bulu tangkis Tanah Air, lie Sumirat, tutup usia. Mantan pebulutangkis nasional di era 70an ini wafat pada Selasa (22/7) pukul 19.30 WIB akibat komplikasi penyakit yang dideritanya sejak satu tahun terakhir. Jenazahnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Legok Ciseureuh, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (23/7).
Kabar duka kepergian pria kelahiran 15 November 1950 ini disampaikan sejumlah tokoh bulu tangkis. “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Dunia bulu tangkis Indonesia berduka. Salah satu legenda, Iie Sumirat, hari ini berpulang. Saya sebagai salah satu anak didiknya merasa sangat kehilangan dengan kepergian Kang Iie,” kata Taufik dalam pernyataannya di Jakarta.
Taufik yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga, mengenal Iie sejak awal kariernya sebagai atlet junior di klub Sangkuriang Graha Sarana (SGS) Bandung, akhir 1980-an hingga awal 1990-an. Saat itu, Iie menjadi pelatih yang memperkenalkan dasar-dasar permainan dan membentuk karakter permainan Taufik di lapangan.
“Beliau pelatih yang membangun dan meletakkan dasar-dasar bermain bulu tangkis saya,” ujar Taufik, peraih medali emas Olimpiade Athena 2004.
Karena lokasi rumahnya yang jauh di Pangalengan, Taufik bahkan sering menginap di rumah Kang Iie agar tidak terlambat latihan keesokan harinya. Dari hubungan itu, tumbuh ikatan yang lebih dari sekadar atlet dan pelatih.
Taufik mengungkapkan keistimewaan teknik permainan yang ia miliki tak lepas dari metode pelatihan Iie yang unik dan inovatif. Ia menyebut banyak teknik pukulan yang diajarkan Kang Iie dianggap “aneh” oleh sebagian orang, namun terbukti menjadi keunggulan tersendiri.
Dengan kepergian Iie, Taufik menyebut bulu tangkis Indonesia kehilangan sosok penting yang telah berjasa dalam membangun fondasi kejayaan olahraga tepok bulu di Tanah Air.
Juara dunia 1995, Hariyanto Arbi juga mengungkapkan belasungkawa mendalam atas kepergian Iie. “Saya dan komunitas bulutangkis Indonesia menyampaikan rasa duka yang mendalam atas berpulangnya Kang Iie Sumirat. Terima kasih atas dedikasi dan perjuangan Kang Iie dalam mengharumkan nama bangsa. Jasa dan inspirasimu akan selalu kami kenang. Selamat jalan, Kang Iie. Semoga damai di sisi-Nya,” tulis Hariyanto melalui akun Instagram-nya.
Iie Sumirat merupakan salah satu pilar kejayaan bulu tangkis Indonesia pada era 1970-an. Ia dikenal luas atas kontribusinya dalam mengantarkan tim Indonesia merebut berbagai gelar bergengsi di level internasional, termasuk Piala Thomas. Ia dikenal sebagai salah satu ‘The Magnificent Seven’ bersama nama-nama besar seperti Rudy Hartono, Liem Swie King, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata, dan Ade Tjandra.
Pada edisi 1976, Iie menjadi bagian dari skuad Merah Putih yang sukses menjuarai Thomas Cup. Empat tahun berselang, ia kembali dipercaya memperkuat tim nasional sebagai tunggal utama dan membawa Indonesia kembali menjuarai turnamen beregu paling prestisius di dunia itu pada 1979.
Selain prestasi beregu, Iie juga mencetak pencapaian penting di nomor perorangan. Ia meraih medali perunggu pada Kejuaraan Dunia 1977, yang merupakan edisi perdana dari ajang tersebut. Satu tahun sebelumnya, ia menjuarai Kejuaraan Invitasi Asia di Bangkok, setelah mengalahkan pemain unggulan China Hou Jiachang di partai final tunggal putra dengan skor 12-15, 15-8, 18-15.
Kejuaraan itu digelar bersamaan dengan turnamen All England, dan Indonesia saat itu membagi dua tim. Selain Iie, pasangan ganda putra Ade Chandra/Christian Hadinata juga tampil di turnamen tersebut dan berhasil merebut gelar juara.
Setelah pensiun, Iie tetap aktif membina atlet-atlet muda di klub SGS Bandung. Perannya dalam pembinaan dan dedikasi yang tak pernah pudar menjadi inspirasi bagi banyak pebulu tangkis generasi berikutnya.
Kepergian Iie Sumirat menjadi kehilangan besar bagi dunia olahraga nasional, khususnya bulu tangkis. Namun, prestasi, semangat juang, dan teladan yang ia tinggalkan akan terus dikenang sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah emas bulu tangkis Indonesia. Ant